HARI PERTAMA : CENTRAL MARKET, CHINA TOWN,
PETRONAS TWIN TOWER, BERJAYA TIMES SQUARE
Tiket
gratis lagi!! Yuhuuuu… Kebayang gak sih ketika Rp400.000,00 udah cukup buat
naik pesawat pergi pulang ke Malaysia? Yup, saya dapat seharga Rp400.000,00
(hanya bayar airport tax saja) untuk perjalanan kali ini. Pasti panyak pertanyaan, "Kok bisa??". Jawabannya, PASTI BISA kalau terbangnya pakai Air Asia. Jujur, saya sudah berkali-kali mendapatkan tiket gratis dari Air Asia. Saya sangat bahagia terbang bersama AirAsia.
Bagaimana caranya bisa dapat tiket gratis? Wah, caranya gampang banget. Pertama, pastikan sudah daftar menjadi anggota BIG ya.. Keuntungannya adalah, kita bisa mengumpulkan poin yang nantinya akan bisa ditukar dengan tiket. Keuntungan lain yang paling saya suka adalah saya mendapatkan akses 1 hari sebelum non anggota BIG untuk berburu tiket gratisnya. Sesuai pengalaman saya yang sering banget dapat tiket gratis, gak susah koq dapatnya. Asal jangan carinya pas high season aja ya. Pembelian tiketnya pun bisa melalui website www.airasia.com atau lewat aplikasi. Kalau saya, selalu menggunakan aplikasi karena jauh lebih mudah dalam memesan dan bisa pesan kapan saja dan di mana saja. Bagi yang mau coba pesan tiket AirAsia, boleh klik di https://www.airasia.com/id/id ya..
Kali ini, saya pergi bertiga (bersama orang tua, yang Puji Tuhan sehat, berumur 57 dan 60 tahun). Karena perjalanannya bersama orang tua, artinya harus memikirkan kenyamanan mereka, tapi dengan biaya yang terbatas. Perjalanan murah, tapi nyaman bagi mereka. Sebelum berangkat, saya terlebih dahulu membeli makanan (pre-book meal) untuk di pesawat (karena penerbangan pagi), membeli kursi (supaya kami tetap duduk bersebelahan), dan tentunya membeli bagasi. Semuanya saya lakukan melalui aplikasi. Saran saya, beli makanan dan bagasi sebelum berangkat ya, karena jadi lebih murah. Oh ya, check-in juga bisa dilakukan lewat aplikasi loh. Kalau saya, check in lewat mesin yang ada di bandara. Jadi tidak perlu antri lagi. Proses check in di bandara sangat mudah, tinggal scan paspor. Kalau ada bagasi, tinggal pilih bagasinya berapa banyak. Nanti akan keluar stiker untuk dipasang di kopernya. Kalau masih bingung, jangan khawatir. Banyak petugas yang siap membantu.
Saya sangat suka terbang dengan AirAsia. Karena sesuai pengalaman saya, take-off dan landingnya selalu mulus. Maklum, saya termasuk orang yang takut kalau take off dan landing. Padahal sudah sering naik pesawat, tapi tetap saja jantung berdebar-debar. Hihihi...
Bagaimana caranya bisa dapat tiket gratis? Wah, caranya gampang banget. Pertama, pastikan sudah daftar menjadi anggota BIG ya.. Keuntungannya adalah, kita bisa mengumpulkan poin yang nantinya akan bisa ditukar dengan tiket. Keuntungan lain yang paling saya suka adalah saya mendapatkan akses 1 hari sebelum non anggota BIG untuk berburu tiket gratisnya. Sesuai pengalaman saya yang sering banget dapat tiket gratis, gak susah koq dapatnya. Asal jangan carinya pas high season aja ya. Pembelian tiketnya pun bisa melalui website www.airasia.com atau lewat aplikasi. Kalau saya, selalu menggunakan aplikasi karena jauh lebih mudah dalam memesan dan bisa pesan kapan saja dan di mana saja. Bagi yang mau coba pesan tiket AirAsia, boleh klik di https://www.airasia.com/id/id ya..
Kali ini, saya pergi bertiga (bersama orang tua, yang Puji Tuhan sehat, berumur 57 dan 60 tahun). Karena perjalanannya bersama orang tua, artinya harus memikirkan kenyamanan mereka, tapi dengan biaya yang terbatas. Perjalanan murah, tapi nyaman bagi mereka. Sebelum berangkat, saya terlebih dahulu membeli makanan (pre-book meal) untuk di pesawat (karena penerbangan pagi), membeli kursi (supaya kami tetap duduk bersebelahan), dan tentunya membeli bagasi. Semuanya saya lakukan melalui aplikasi. Saran saya, beli makanan dan bagasi sebelum berangkat ya, karena jadi lebih murah. Oh ya, check-in juga bisa dilakukan lewat aplikasi loh. Kalau saya, check in lewat mesin yang ada di bandara. Jadi tidak perlu antri lagi. Proses check in di bandara sangat mudah, tinggal scan paspor. Kalau ada bagasi, tinggal pilih bagasinya berapa banyak. Nanti akan keluar stiker untuk dipasang di kopernya. Kalau masih bingung, jangan khawatir. Banyak petugas yang siap membantu.
Saya sangat suka terbang dengan AirAsia. Karena sesuai pengalaman saya, take-off dan landingnya selalu mulus. Maklum, saya termasuk orang yang takut kalau take off dan landing. Padahal sudah sering naik pesawat, tapi tetap saja jantung berdebar-debar. Hihihi...
Sebelumnya,
saya sudah booking hotel secara online, namanya Hotel Bintang Warisan. Saya selalu
menginap di hotel ini ketika saya berkunjung ke Kuala Lumpur. Alasan pertama,
karena lokasinya sangat strategis, yaitu di area Bukit Bintang, jalan utama,
dekat dengan banyak shopping mall, dekat dengan Jalan Alor (jalan yang penuh
dengan restoran murah), dan yang terpenting sangat dekat dengan stasiun
Monorail (5 menit jalan kaki) dan stasiun MRT (2 menit jalan kaki). Alasan
kedua, hotel ini menyediakan triple room dengan harga terjangkau, yaitu sekitar
Rp600.000,00 per malam. Dan alasan yang paling penting adalah, hotel ini
menyediakan makan pagi dan makan siang (yang bisa diganti menjadi makan malam).
Jadi gak usah bingung cari tempat makan. Biasanya saya cari makan ringan di
sepanjang perjalanan, dan makan berat di hotel.
Saat
pertama kali menuju hotel ini, saya sempat bingung mencarinya. Bertanya pada
orang-orang sekitarpun tidak ada yang tahu. Jadi, ketika keluar dari stasiun
monorail, langsung cari arah menuju ke jalan Alor. Ikuti saja jalan utama
(kalau ke Jalan Alor harus belok, hotel ini lurus terus).
Salah satu menu sarapan di Hotel Bintang Warisan |
Perjalanan
naik Air Asia dari Jakarta ke Kuala Lumpur ditempuh dalam waktu 2 jam. Pukul
09.15 waktu Malaysia (lebih cepat 1 jam dari Indonesia), pesawat kami mendarat
di bandara KLIA 2. Sebelum memulai perjalanan, saya memutuskan untuk membeli
sim card di airport, supaya bisa googling tempat wisata dan cari-cari rute
perjalanan. Tadinya saya berpikiran untuk sewa modem internet, seharga Rp50.000,00
per hari. Tapi setelah dipikir, saya takut terpisah dengan orang tua selama
perjalanan. Jadi biar aman, lebih baik pakai sim card, sehingga tetap bisa
komunikasi jika terpisah. Banyak counter yang resmi menjual sim card. Harganya
pun gak beda jauh kalau menurut saya. Saya cari counter yang agak sepi. Jadilah
saya beli sim card Hot Link dengan harga RM36, unlimited untuk 7 hari kalau gak
salah. Jadi nomor WA kita gak berubah, masih sama dengan nomor yang di
Indonesia.
Saya
memutuskan untuk naik KLIA Express untuk menuju ke KL Sentral. Mahal sih (RM 55
/ orang), tapi sangat nyaman dan kapan lagi bisa merasakan naik kereta express
di negara lain :p. Dari KLIA 2, kereta ini mampir di KLIA, baru langsung menuju
ke KL Sentral. Perjalanan ditempuh selama kurang lebih 40 menit. Oh ya, kalau
beli online, bisa dapat harga lebih murah. Tapi saya gak berhasil beli online.
Gak tau kenapa, mungkin saat itu lagi error. Kalau beli di conuter langsung
untuk pulangnya juga, bisa dapat lebih murah. Saya hanya beli sekali jalan
karena pulangnya masih belum pasti naik apa (berasa mahal kalau naik kereta ini
lagi. Hahaha..). Kalau mau naik Grab juga bisa loh. Waktu saya datang, Grab
sedang ada promo, perjalanan dari dan ke bandara RM 65 saja. Naik taksi ke area
Bukit Bintang juga hanya sekitar RM 80-90 saja.
Tapi perlu diingat bahwa Kuala Lumpur juga banyak macetnya. Gak separah
di Jakarta sih. Perjalanan naik taksi dari KLIA 2 ke Bukit Bintang sekitar 1
jam.
KL
Sentral adalah stasiun pertemuan KLIA Express, KTM, LRT, dan Monorail.
Berhubung saya datang bukan di high season, jadi gak terlalu ramai. Kalau mau
naik monorail, kita harus jalan ke arah mall Nu Sentral (naik 1 lantai), lalu
tinggal mengikuti arah ke stasiun monorail. Untuk naik monorail, kita harus
beli token di mesin (bukan lewat counter). Pembelian token lewat mesin sangat
mudah, tinggal mengikuti petunjuk saja. Jangan lupa siapkan uang kecil ya. Naik
monorail dari KL Sentral ke Bukit Bintang RM 2.50.
Tiba
di Bukit Bintang, saya langsung ke hotel. Waktu menunjukkan pukul 10.45. Saya
hanya berencana untuk datang dan titip koper, karena check-in mulai pukul
14.00. Tapi ternyata, ketika saya datang, pihak hotel langsung mengijinkan saya
masuk kamar, sehingga bisa istirahat sejenak sebelum memulai petualangan lagi.
Rencana
awal, saya hari ini mau ke Batu Caves, Central Market, area China Town dan ke
Petronas Twin Tower. Tapi setelah dipikir-pikir, sepertinya waktunya tidak
cukup panjang. Jadi saya mengubah rute, Batu Caves di hari terakhir saja. Dari
hotel, saya jalan kaki ke stasiun MRT (sekitar 2-3 menit) dan naik MRT Ke
stasiun Pasar Seni (RM 1.40). Dari turun MRT, Ikuti arah petunjuk ke Central
Market. Banyak restoran murah di sini. Saya makan bertiga sekitar RM 40 saja,
sudah berikut minum jus.
Setelah
makan siang, saya menuju ke Central Market. Ini adalah pusat oleh-oleh dan
pusat batik indoor dan ber-AC. Lumayan buat ngadem kalau cuaca panas. Di sini,
kita bisa beli berbagai kaos bertuliskan I Love KL (dengan berbagai motif, ada
juga yang glow in the dark), gantungan
kunci, coklat, cemilan, dll. Kalau suka buah-buahan (rujak) dan air tebu, di
sini juga ada. Setiap ke Central Market, saya pasti beli rujak buah dan sari
tebu. Ada di lantai dasar, di tengah-tengah dekat toko-toko coklat. Saya juga
menyempatkan diri untuk membeli kue putu bambu, tapi menurut saya rasanya tidak
seenak kue putu yang ada di Indonesia. Hihihi..
Dari
Central Market, saya ke area China Town.
China Town ini dekat dengan Central Market, tinggal menyeberang jalan
dan cari area keramaian. Banyak lampion yang digantung di area China Town ini. Di
sini juga banyak yang menjual souvenir untuk oleh-oleh dengan harga yang
murah-murah. Barang yang paling banyak dijual di sini adalah kaos, tas, dan
gantungan kunci. Harganya tentu lebih murah daripada di Central Market.
Dari
China Town, saya menuju ke Petronas. Dari area China Town, saya menuju ke
stasiun LRT Pasar Seni. Dari sana naik LRT ke stasiun KLCC hanya berjarak 4
stasiun dengan harga RM 2.10. Stasiun KLCC ini berada di basement Suria KLCC mall, dimana Petronas berada. Sempatkan ke Roti
Boy yang ada di basement mall ini
untuk membeli sandwichnya. Cukup enak
dengan harga terjangkau, mulai RM 7.00 kita sudah bisa mendapatkan 2 potong
roti lapis isi tuna. Ada juga yang isi daging ayam. Di Suria KLCC ini juga saya
membeli Garrett Pop Corn yang tentunya tidak ada di Indonesia.
Banyak
yang dapat kita lakukan di Suria KLCC Mall ini. Selain mengunjungi Petronas,
kita juga dapat mengunjungi Petroscience yang berada di lantai 4. Kali ini saya
tidak mengunjungi Petroscience karena sebelumnya saya sudah pernah masuk. Arena
ini sangat saya sarankan untuk dikunjungi oleh wisatawan yang membawa anak
kecil. Banyak pengetahuan sains yang dapat diperoleh dengan berkunjung ke sini.
Foto selfie dengan menggunakan tongsis di Petronas saat gerimis |
Setelah
puas menghabiskan waktu di KLCC, saya memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar
ke Berjaya Times Square Mall yang hanya berjarak 1 stasiun monorail dari area
hotel saya, yaitu di stasiun Imbi. Cara ke mall ini, dari stasiun LRT KLCC
menuju ke stasiun KL Sentral (RM 2.40), lalu berpindah ke stasiun monorail,
kemudian menuju ke Imbi (RM 3.10).
Berjaya
Times Square merupakan mall yang cukup luas dan tinggi. Mall nya sekitar 10
lantai. Saya tidak terlalu banyak belanja di sini karena menurut saya, barang
yang dijual hamper mirip dengan di Jakarta. Jika waktunya pas, Uniqlo di mall
ini suka mengadakan diskon besar-besaran. Waktu itu saya pergi di bulan
Oktober, mereka sedang mengadakan diskon. Saya banyak membeli kaos dengan harga
mulai dari RM8.00 saja. Setelah saya googling,
ternyata bulan Oktober merupakan super
low season di sana, sehingga banyak diskon.
Setelah
lelah mengelilingi mall yang luas ini, saya memutuskan untuk menikmati makan
malam gratis di hotel, lalu beristirahat dan menyiapkan energi untuk besok ke
Genting.
HARI KEDUA: GENTING HIGHLANDS
Beberapa
kali ke Malaysia, tapi saya belum pernah mencoba ke Genting. Baru kali ini
memberanikan diri ke sana. Kalau menurut data yang saya cari di internet,
sebenarnya bisa naik taksi. Tapi karena saya mau mencoba naik skyway yang terkenal itu, jadi saya
memutuskan untuk naik bus saja. Bus GoGenting ini berada di stasiun KL Sentral.
Adanya di area parkir luar basement
KL Sentral. Tidak sulit mencarinya. Banyak petugas yang dapat ditanyai. Saya
membeli karcis untuk berangkat dengan harga RM 12.00 (RM 8.00 untuk bus dan RM
4.00 untuk skyway). Si penjual tiket
menawarkan tiket pulang, tapi saya piker karena bukan high season, jadi saya tidak beli dulu. Setelah menunggu beberapa
menit, saya lihat antrian yang sangat panjang untuk naik bus. Jadi, karena saya
takut tidak mendapat tiket pulang, akhirnya saya beli tiket pulang juga. Benar
saja, saya hampir tidak kebagian tiket pulang. Akhirnya saya mendapat tiket
pulang pukul 16.30 dari Genting.
Perjalanan
naik bus ditempuh kurang lebih 1 jam. Tidak macet, mungkin karena masih pagi.
Setelah sampai di perhentian bus, udara dingin langsung menyelimuti. Suasananya
juga agak mendung-mendung. Untuk naik
Awana skyway, kita harus naik ke
lantai yang paling atas. Ternyata di ataspun masih sangat sepi. Tidak antre
panjang. Skyway ini tidak akan
berhenti, tapi jalannya cukup lambat sehingga kita aman menaikinya. Ya
mirip-mirip dengan naik atau turun bus Kopaja di Jakarta.
Antrian naik Awana Skyway yang masih sepi karena masih pagi |
Sebelum
ke perhentian paling ujung (Sky Avenue), saya mampir ke Chin Swee Station. Untuk
menuju ke Chin Swee Temple, kita perlu menuruni eskalator yang cukup banyak
(saya lupa berapa jumlahnya). Sampai di bawah, kami disambut gerimis yang
katanya selalu turun di area Genting. Di Chin Swee Temple, kita dapat melakukan
“perjalanan ke neraka”. Saya merinding melihat patung-patung yang menggambarkan
suasana di neraka. Di sini juga terdapat pagoda yang tinggi. Banyak spot foto
yang bagus di area ini, ditambah dengan angin yang bertiup dan gerimis pastinya
membuat foto semakin oke.
Chin Swee Temple |
Setelah
kedinginan di Chin Swee Temple, saya melanjutkan perjalanan lagi dengan skyway menuju ke Sky Avenue. Tidak perlu
membayar lagi karena biayanya sudah termasuk dalam RM 4.00 tadi. Sky Avenue
terletak di paling atas, jadi untuk ke sana, siapkan jantung ya. Tadi, saat
pertama naik skyway ke Chin Swee
Temple, saya termasuk berani. Tapi ketika naik ke Sky Avenue, saya jadi takut
juga. Saking tingginya dan gelap tertutup kabut, ditambah dengan skyway yang goyang akibat tertiup angin
kencang. Tapi jangan khawatir, menurut petugasnya yang kebetulan naik bareng
saya, katanya ini aman dan setiap haripun seperti ini kondisinya. Mungkin
karena baru pertama kali naik, jadi saya takut juga. Lumayan, olah raga jantung
selama 10 menit. Hahaha..
Pemandangan dari skyway yang tertutup kabut |
Perhentian
terakhir terdapat di Sky Avenue station. Ini adalah mall yang paling ramai di
Genting. Di sini terdapat hotel Resort
World yang sangat luas dan juga terdapat area Kasino. Sayang sekali, saya
tidak menyempatkan diri menginap di hotel ini dan ke area kasino. Mudah-mudahan
lain kali bisa mencoba menginap di hotel ini.
Sky Avenue Mall dengan tema Natal |
Seperti
layaknya mall besar di Jakarta, barang-barang yang dijual di mall ini
adalah barang branded. Saya tidak
membeli apa-apa di sini. Hanya mampir ke Starbucks untuk membeli Tumbler saja.
Karena sudah mendekati Natal, banyak dekorasi Natal yang dapat dijadikan spot
foto. Selain itu, ada juga pertunjukkan lampu yang disesuaikan dengan iklan
film pada layar besar. Makan siang di mall ini banyak variasinya. Saya mencoba
makan di Wendy’s. Untuk makan bertiga, saya menghabiskan kira-kira RM 50.00,
tanpa minuman.
Karena
saya sudah mengantongi tiket pulang pukul 16.30, saya kembali naik skyway untuk turun pukul 14.30. Masih
banyak waktu karena saya ingin melihat-lihat beberapa toko yang ada di gedung
yang sama untuk naik bus pulang. Di sini ada toko oleh-oleh yang menjual
cemilan, coklat-coklat, kacang, dll. Harganya juga cukup terjangkau mengingat
cemilan yang dijual cukup unik dan tidak ditemui di Kuala Lumpur.
Pukul
16.00 saya sudah standby menunggu
bus. Tempat tunggu busnya enak, full AC, dan tertib. Tepat pukul 16.30, bus
datang. Perjalanan pulang ke KL Sentral juga tidak macet, hanya sekitar 1 jam.
Dari KL Sentral, saya langsung pulang ke hotel karena dapat makan malam gratis.
Lumayan..
HARI KETIGA : MELAKA
Sama
seperti Genting, sayapun belum pernah ke Melaka. Perjalanan ke Melaka lebih
jauh daripada ke Genting, sekitar 2,5 jam dengan menggunakan bus dari Terminal
Bersepadu Selatan. Dari Bukit Bintang, saya naik monorail ke KL Sentral (RM
2.50), lalu menyambung dengan menggunakan KTM Komuter Line ke stasiun Bandar
Tasik Selatan (RM 2.40). Terminal Bersepadu Selatan terletak tidak jauh dari
stasiun Bandar Tasik Selatan, tinggal mengikuti petunjuk arah. Saya membeli
karcis bus yang paling cepat berangkat, yaitu pukul 09.10. Harga tiketnya RM
10.00. Menurut saya, terminal ini sangat nyaman, tidak seperti terminal bus di
Jakarta.
Perjalanan
2,5 jam ditempuh dengan lancar, tanpa kemacetan. Tadinya begitu sampai di
Melaka, saya berencana untuk membeli tiket pulang. Tapi setelah melihat
sekeliling dan cukup sepi, sepertinya nanti saja baru beli pasti kebagian.
Setelah sampai di Melaka Sentral, saya mencari bus dengan nomor 17 tujuan Ujung
Pasir untuk menuju ke Bangunan Merah. Tidak perlu beli karcis dulu karena
bayarnya langsung ke supir bus saat kita naik. Tinggal menyebutkan “Bangunan
Merah” saja dan kita langsung bayar RM 1.50. Diusahakan membayar dengan uang
pas untuk menghindari antrian penumpang di belakang yang mau naik.
Perjalanannya tidak lama, hanya sekitar 15 menit. Cara mengetahui bahwa kita
sudah dekat adalah “kemacetan”. Jadi, jika kita sudah menemui kemacetan dan di
kiri kanan jalan sudah berwarna merah, maka kita akan sampai. Biasanya, supir
juga akan memberi tahu.
Di
area Bangunan Merah ini, banyak terdapat spot foto, tempat makan, dan pedagang
oleh-oleh khas Melaka. Jangan lupa juga menikmati Sungai Melaka dengan naik
Melaka River Cruise. Satu hal yang sulit dicari di Melaka adalah toilet. Jadi,
kalau mampir untuk makan, sekalian saja ijin ke toiletnya. Hahaha..
Bangunan Merah atau Christ Church Melaka |
Jika
ingin membeli oleh-oleh dengan harga murah, kita bisa ke Jonker Street. Saya
membeli banyak aksesoris lucu dengan harga murah di sini. Mulai dari RM 2.OO,
saya sudah mendapatkan gantungan kunci yang bergambar kucing. Banyak juga
kaos-kaos bertuliskan Melaka. Saya membeli 1 kaos Melaka yang bahannya mirip
seperti kaos Coconut Island dengan harga RM 20.00. Jika membeli 3, akan dapat
diskon lagi.
Sayang
sekali waktu saya ke Melaka, cuaca hujan. Jadi saya kurang puas dalam
mengeksplor Melaka. Untuk kembali ke Melaka Sentral, tinggal naik bus 17 lagi
di tempat kita turun tadi (RM 2.00). Hanya saja, untuk perjalanan pulang ini,
saya membutuhkan waktu yang lebih lama karena ternyata bus ini berputar 1 rute
penuh dulu untuk kembali ke Melaka Sentral. Jadi, kalau tadi dari Melaka
Sentral ke Bangunan Merah hanya 15 menit, untuk arah sebaliknya membutuhkan
waktu kurang lebih 40 menit. Tapi lumayan lah, jadi bisa jalan-jalan gratis
mengelilingi kota Melaka.
Di
Melaka Sentral, saya melihat kepadatan yang luar biasa. Padahal tadi waktu
datang, terminal ini masih sangat sepi. Saya langsung antri untuk membeli tiket
pulang. Saya ambil antrian bus yang paling pendek dan mendapat tiket pukul
17.00. Itupun saya dapat duduk di yang paling belakang.
Ternyata
Malaysia juga tidak berbeda dengan Jakarta untuk soal kemacetan. Perjalanan
pulang lebih lama dari perjalanan berangkat, sekitar 3,5 jam. Karena sudah
lelah dan cuaca hujan, jadi saya menikmati perjalanan dengan tidur saja.
Saat
ingin naik KTM dari Bandar Tasik Selatan ke KL Sentral, saya dipusingkan dengan
berubahnya cara membeli tiket KTM. Kebetulan sekali, waktu itu baru ada
perubahan pembelian tiket KTM, padahal pagi ketika saya berangkat, cara belinya
masih sama. Jadi pembelian tiket saat itu tidak bisa hanya sekali jalan. Kita
diwajibkan untuk membeli kartu dan diisi ulang. Setelah bertanya-tanya ke
petugas, akhirnya saya beli kartu itu dan memutuskan untuk mengembalikan
kartunya setelah sampai di KL Sentral untuk mendapatkan refund. Namun, ketika
saya sampai di KL Sentral, kartu tersebut tidak bisa direfund karena kantornya
sudah tutup. Katanya, besok paginya baru bisa direfund. Tidak masalah karena
besok saya mau ke Batu Caves, jadi bisa mampir dulu ke KL Sentral.
HARI KEEMPAT : BATU CAVES – PULANG
Hari
terakhir. Sedih banget membayangkan hari ini harus kembali pulang. Waktu 4 hari
rasanya kurang untuk jalan-jalan. Hihihi..
Hari
terakhir ini saya hanya ke Batu Caves, karena perjalanan ke sana naik KTM
lumayan lama. Cara menuju ke Batu Caves adalah dengan naik monorail ke KL
Sentral dan dilanjutkan dengan KTM ke Batu Caves. Ternyata ke Batu Caves ini
masih menggunakan kartu yang sama dengan yang semalam saya dapatkan ketika
pulang dari Bandar Tasik Selatan. Jadi tinggal minta petugasnya isi saldo lagi
untuk pulang pergi ke Batu Caves. Harganya RM 2.70 untuk sekali jalan.
Lagi-lagi
kesabaran saya diuji. Saya tahu sih, memang KTM ke Batu Caves ini biasanya lama
datangnya, tapi biasanya hanya 15 menitan. Nah, kali ini berhubung karena si
KTM sedang melakukan banyak pembaruan, jadilah kami menunggu KTM datang sampai
sekitar 1 jam. Cukup kesal karena jadi membuang-buang waktu. Perjalanan dari KL
Sentral ke Batu Caves juga cukup lama, karena Batu Caves adalah stasiun yang
terakhir. Tapi, namanya juga lagi jalan-jalan, dinikmati saja setiap
kesulitannya. Hihihi..
Batu
Caves adalah salah satu tempat favorit saya kalau ke Malaysia. Tidak pernah
sekalipun saya absen mengunjungi tempat ini. Masuknya gratis, banyak spot foto
yang keren, apalagi setelah tangga-tangga di Batu Caves ini dicat warna-warni.
Jadi tambah indah.
Jika
ke Batu Caves, jangan lupa membeli buah-buahan di sini. Penjualnya adalah orang
India. Saya pribadi sangat suka dengan buah yang dia jual. Rasanya sangat
manis. Saya biasa membeli buah nangka dan nanas.
Spot
foto untuk di Batu Caves adalah di depan patung Dewa Murugan yang berwarna
emas. Kita juga bisa menaiki tangga yang berjumlah 272 anak tangga dengan
banyak monyet-monyet iseng yang berkeliaran. Di atas terdapat goa untuk
beribadah. Karena ini adalah tempat ibadah bagi yang beragama Hindu, maka lebih baik jika kita memakai pakaian yang pantas.
Spot foto di Batu Caves |
Sebenarnya mau ambil foto saat burung-burungnya berterbangan, tapi susah ambil fotonya :D |
Setelah
lelah naik tangga dan berfoto-foto, saya balik ke hotel untuk mengambil koper
yang tadi saya titipkan saat check out dan segera menuju ke bandara untuk
pulang. Tidak lupa mampir ke KL Sentral untuk refund kartu KTM. Tapi apa daya,
karena ini hari Sabtu, jadi kantornya tutup. Alhasil, 3 kartu KTM itu saya bawa
pulang untuk kenang-kenangan walaupun tidak ikhlas.. :D
Dari
hotel saya di Bukit Bintang ke bandara, saya naik taksi argo (minta tolong
resepsionis hotel yang mencari) dengan biaya RM 80.00. Saran saya, lebih baik
menggunakan taksi online, karena harganya lebih murah. Ditambah lagi saat itu
ada promo dari Grab untuk taksi dari dan ke bandara dengan harga yang lebih
murah lagi.
Inilah cerita perjalanan saya selama 4 hari. Saya menghabiskan total biayasekitar
RP5.000.000,00 untuk 4 hari dan untuk 3 orang. Biaya ini sudah termasuk tiket
pesawat, hotel, dan oleh-oleh. Semoga artikel ini dapat memberikan informasi
yang bermanfaat ya.. Terutama bagi yang pertama kali ke Malaysia. Jangan takut
untuk ke Malaysia, karena tidak jauh berbeda dengan Indonesia.