Saturday, March 28, 2020

My Trip to Singapore (18-21 January 2020)


PROLOG
Setelah 6 tahun tidak jalan-jalan ke Singapore, akhirnya awal tahun 2020 ini mendapat kesempatan untuk balik lagi ke negara ini. Kali ini, saya mendapatkan tiket promo dari AirAsia (seperti biasa). Sebenarnya, saya dapat tiket gratis. Tetapi, karena saya mau ambil penerbangan paling malam untuk pulang, jadi saya menambah biaya sendiri. Tidak banyak sih, hanya sekitar Rp150.000,00an per orang. Jadi kali ini tidak bisa dikatakan benar-benar gratis tiketnya.
Di perjalanan ini, saya juga membuka jastip untuk yang kedua kalinya. Jastip kali ini juga tidak kalah banyak peminatnya dari jastip Penang kemarin. Lumayan lah, keuntungannya bisa untuk membeli oleh-oleh dan jajan di sini. Kalau mengharapkan keuntungan yang bisa menutup biaya hotel sih rasanya tidak mungkin ya. Hotel di Singapore harganya mahal. Hihihi…
Bicara tentang hotel, saya menginap di 2 hotel yang berbeda lokasinya, tetapi masih 1 jaringan hotel yang sama, yaitu V Hotel Bencoolen dan V Hotel Lavender. Kedua hotel ini saya pilih karena hotel ini ada kamar studio atau kamar untuk 3 orang. Selain itu, hotel ini juga terletak sangat dekat dengan stasiun MRT. Jadi, setelah lelah berjalan-jalan, tidak butuh tenaga tambahan untuk mencapai hotel.
Harga kamar di kedua hotel tersebut hampir sama, sekitar Rp1.800.000,00 per malam untuk 3 orang, tidak termasuk sarapan. Waktu itu, saya memesan hotel melalui aplikasi Traveloka saat promo, sehingga harganya lebih murah. Kali ini, saya akan menjelaskan positif dan negatif dari kedua hotel ini.
Pertama, V Hotel Bencoolen. Hotel ini terletak di sebelah pintu keluar stasiun MRT Bencoolen (jalur biru). Kamar untuk 3 orangnya berupa kamar studio. Terdapat 1,5 lantai. Lantai yang bawah untuk 2 orang dan yang atas untuk 1 orang. Selain letaknya yang strategis, beberapa hal positif dari hotel ini adalah staf yang ramah, kamar bersih dan harum, proses check-in dan check-out yang sangat cepat (benar-benar cepat karena saat check-out mereka tidak memeriksa kamar kita lagi), dan koneksi wifi yang super kencang. Tentu saja ada hal negatifnya juga, yaitu harga relative mahal, kamar dan kamar mandi yang sempit, kamar tidak kedap suara sehingga agak berisik jika ada pengunjung yang mengobrol di lorong hotel. Ada satu hal lagi yang harus dipertimbangkan ketika memilih hotel ini. Stasiun MRT Bencoolen terletak sangat jauh di dalam tanah, sehingga kita harus naik 7 eskalator untuk keluar dari stasiun. Untuk menuju hotel ini, silahkan mengikuti arah “Exit A”, kemudian belok kiri. Oh ya, jika kita tidak mengambil sarapan di hotel ini, jangan khawatir karena ada food court (Food Republic) di dekat hotel ini. Letaknya di ujung jalan (arahnya berlawanan dengan arah menuju MRT). Variasi makanannya juga banyak. Ada juga yang menyediakan makanan halal. Untuk keperluan lainnya, di dekat hotel ini juga terdapat Sevel (7-11). Arahnya sama dengan arah menuju food court.
Kedua, V Hotel Lavender. Menurut saya, hotel ini lebih strategis letaknya, karena berada di jalur yang sama dengan MRT dari Changi Airport (jalur hijau). Terbukti dari banyaknya pengunjung yang menginap di sini (jauh lebih ramai dibandingkan V Hotel Bencoolen). Di hotel ini, saya mengambil kamar dengan tipe triple room. Tidak jauh berbeda dengan V Hotel Bencoolen, di sini juga kamarnya sempit. Untuk menuju hotel ini, silahkan mengikuti arah ke Lavender Street (kalau tidak salah, Exit B). Patokan paling mudah adalah Guardian, belok ke kiri, kemudian naik escalator ke atas, belok kanan ke arah food court, McD, Bee Cheng Hiang, dll, kemudian belok kanan lagi. Jangan khawatir nyasar atau bingung, karena petunjuk arahnya cukup jelas.
Untuk koneksi internet di sana, saya menyewa modem dari Indonesia (IG: @passpod.id), karena kebetulan sedang ada promo Rp25.000,00 per hari dengan deposit Rp500.000,00 yang akan dikembalikan 3 hari kerja setelah kita mengembalikan modemnya. Koneksinya cukup kencang. Lumayan untuk mencari arah di peta. Modem bertahan selama 7 jam. Untuk pengambilan dan pengembalian, bisa dilakukan di Bandara Soekarno Hatta terminal 2F dan 3. Untuk lebih jelasnya, silahkan buka akun instagramnya saja ya…
Jalan-jalan di Singapore akan lebih hemat jika kita menggunakan MRT. Untuk membeli tiket MRT, bisa dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya dengan menggunakan kartu EZ Link dan Singapore Tourist Pass. Silahkan googling ya untuk kedua jenis kartu ini. Saya tidak akan menjelaskan, karena kebetulan saya menggunakan kartu Jenius (dari BTPN) dan saya sangat puas menggunakan kartu ini.

HARI PERTAMA : JEWEL CHANGI DAN CLARKE QUAY
Saya berangkat menggunakan pesawat yang agak siang, sehingga mendarat di Terminal 4 Changi Airport Singapore pukul 14.00. Untuk menuju ke Jewel, terdapat bus gratis yang beroperasi setiap 10 menitan. Kita tinggal mengikuti arah “free shuttle bus”. Hati-hati, jangan salah mengantri karena ada 2 antrian bus, yaitu bus menuju Jewel dan bus menuju MRT. Sebenarnya sih hampir sama ya, karena terletak di bangunan yang saling menyambung. Tetapi kalau salah bus, kita terpaksa harus jalan lebih jauh. Jadi lebih baik perhatikan tulisan antrian atau perhatikan petugas yang akan memberi tahu antriannya.
Banyak aktivitas yang bisa kita lakukan di Jewel. Ada beberapa tempat yang gratis dan ada juga yang bayar. Saya memilih untuk berkeliling di area gratis saja. Jewel ini menyerupai mall yang menyediakan tenant oleh-oleh dan barang-barang branded.

Jewel Changi Airport

Jewel Changi Airport

Foto-foto Cantik Dulu :p

Kejatuhan Air

Jewel Changi Airport
Saya menyempatkan diri untuk mencoba Shake Shack yang terdapat di lantai 2. Kebetulan saat ke sana, antriannya tidak begitu panjang. Kesan saya setelah makan ini adalah mahal. Hahaha… Mungkin untuk standar Singapore, harganya tidak terlalu mahal. Tetapi saya akui, rasanya memang sangat enak. Roti untuk burgernya enak dan lembut. Wajib dicoba kalau ke Singapore, meskipun bukan makanan khasnya, karena Shake Shack juga terdapat di beberapa negara lain. Sayangnya, tidak ada di Indonesia. Hikss…

Menu Shake Shack yang Saya Beli
Saya menghabiskan waktu sekitar 3 jam di Jewel. Itupun saya tidak mengeksplor semua tempat. Setelah dari Jewel, saya menuju ke hotel (V Hotel Bencoolen) dengan naik MRT. Untuk menuju stasiun MRT Changi Airport, dari Shake Shack (lantai 2) tinggal mencari arah pintu keluar dan menyeberang ke gedung lain (Terminal 1). Ikuti arah “Train to City” dengan menaiki skytrain gratis ke terminal 2 atau 3 terlebih dahulu.
MRT Changi Airport merupakan jalur MRT hijau, sementara hotel saya terdapat di MRT biru. Jadi, dari MRT Changi, saya turun di MRT Expo, kemudian menyambung MRT biru arah ke Bukit Panjang dan turun di stasiun Bencoolen. Jika kita menggunakan MRT, penting untuk memahami cara membaca peta jalur MRT supaya tidak nyasar. Apalagi jika kita menggunakan 2 MRT dan harus turun di stasiun tertentu untuk menyambung ke MRT berikutnya. Hati-hati juga saat menggunakan eskalator di stasiun MRT, karena eskalatornya berjalan sangat cepat, tidak seperti eskalator yang terdapat di mall. Penting juga untuk selalu berdiri di sebelah kiri kalau tidak mau disenggol atau diteriaki atau bahkan ditabrak oleh orang-orang sana, karena di sana mereka berjalan dengan sangat cepat.
Setelah check-in dan istirahat sebentar di hotel, saya melanjutkan perjalanan ke Clarke Quay. Cara naik MRT ke Clarke Quay adalah dari Bencoolen, naik MRT biru ke arah Bukit Panjang dan turun di stasiun Chinatown, kemudian menyambung MRT ungu arah ke Punggol dan turun di stasiun Clarke Quay. Stasiun Chinatown sangat padat, karena banyak turis yang ke sana di malam hari. Kebetulan saya sudah pernah ke Chinatown di malam hari, jadi kali ini saya ke Chinatown di siang hari saja. Sekaligus untuk menghindari kepadatan di sana saat malam hari. Area ini padat turis juga karena sudah mendekati Imlek. Sampai-sampai di stasiun MRTnya banyak petugas yang mengarahkan jalan dan siap untuk membantu turis yang kebingungan akibat beberapa akses keluar masuk yang ditutup.
Ada apa di Clarke Quay? Tujuan utama saya ke sana sebenarnya adalah untuk ke Don Don: Donki. Ini adalah supermarket dari Jepang yang tentunya menjual produk-produk asli Jepang. Sebelum kesampaian ke Jepang, tidak ada salahnya mengunjungi supermarketnya dulu. Hihihi…
Mengunjungi Clarke Quay memang lebih baik di malam hari. Kita dapat duduk dan bersantai di pinggir sungai sambil menikmati pemandangan lampu-lampu dan perahu yang melewati sungai. Dari sini juga terlihat Singapore Flyer, kincir raksasa khas Singapore.

Pemandangan Clarke Quay di Malam Hari
Lelah seharian berjalan-jalan, saya memutuskan untuk pulang dan makan di Food Republic yang dekat dengan hotel. Dari Clarke Quay, naik MRT ungu arah Harbourfront dan turun di stasiun Chinatown. Kemudian menyambung MRT biru arah Expo lalu turun di stasiun Bencoolen.

HARI KEDUA : BUGIS, GARDEN BY THE BAY, MARINA BAY
Pagi hari, saya sarapan di sekitar hotel. Setelah itu, saya naik MRT menuju Bugis. Dulu, MRT Bugis hanya dilewati jalur hijau saja. Sekarang sudah ada jalur biru yang lewat ke Bugis. Jadi, saya tidak perlu pindah MRT lagi. Dari MRT Bencoolen, ambil MRT arah Bukit Panjang dan turun di Bugis. Dari stasiun Bencoolen ke Bugis, kita melewati 7 stasiun, padahal sebenarnya jaraknya sangat dekat. Jadi, kalau mau alternatif lain, bisa menggunakan taksi atau bisa juga dengan bus.
Bugis adalah pusat perbelanjaan yang paling diminati di Singapore. Di sini, kita bisa membeli berbagai aksesoris dan souvenir untuk oleh-oleh. Barang-barang di Bugis Street sangat murah harganya. Jangan lupa juga mencicipi berbagai jajanan yang tersedia di sana. Setelah puas belanja di Bugis, saya kembali ke hotel untuk check-out dan pindah ke V Hotel Lavender, kemudian istirahat sebentar.

Ada Si Brownie di Bugis Junction Mall
Pukul 14.00, saya menuju ke Garden by the Bay, dengan stasiun MRT terdekatnya adalah Bayfront (jalur biru). Dari MRT Lavender (hijau), ambil arah Tuas Link atau Jurong East, lalu turun di Bugis (1 stasiun). Kemudian ganti MRT biru ke arah Expo atau Changi, turun di Bayfront (2 stasiun). Turun dari MRT, tinggal mengikuti petunjuk arah menuju ke Garden by the Bay. Jalan kaki kea rah Flower Dome dan Cloud Forest agak jauh, sehingga saya membeli tiket lagi untuk naik tram atau kereta menuju ke sana. Saya lupa harga tiketnya berapa, tetapi harga tersebut sudah termasuk tiket untuk 2 arah (pp).
Saya sudah membeli tiketnya di Traveloka sebelum berangkat ke Singapore. Lumayan, sedang ada promo untuk tiket Graden by the Bay sepaket dengan tiket S.E.A Aquarium. Karena saya sudah memiliki tiketnya, saya langsung masuk antrian untuk masuk ke area Flower Dome. Di Flower Dome ini, kita disuguhkan dengan keindahan berbagai macam bunga dan tanaman ditambah dengan sejuknya udara. Dijamin, kita tidak akan cepat lelah, karena di sini juga tersedia banyak tempat duduk, Karena saya perginya menjelang Tahun Baru Imlek, maka dekorasinya pun disesuaikan dengan tema Chinese New Year.

Flower Dome

Dekorasi Imlek - Shio Ular

Dekorasi Imlek di Flower Dome
Tidak hanya Flower Dome saja, tiket yang saya beli juga sudah termasuk untuk ke Cloud Forest. Di Cloud Forest ini, kita benar-benar bisa merasakan suasana hutan, lengkap dengan air terjunnya. Jika tidak kuat berjalan kaki, disediakan lift dan escalator juga.

Air Terjun di Cloud Forest

Air Terjun di Cloud Forest

Foto Diambil dari Lantai Paling Atas Cloud Forest
Sebenarnya di area Graden by the Bay, ada banyak hal yang bisa di explore jika kuat berjalan kaki, mulai dari OCBC Skyway sampai ke taman-taman yang ada di sekitarnya. Saya tidak menuju ke sana, karena saya juga mengejar pertunjukkan Marina Light Show.
Dari Garden by the Bay, saya menuju ke Marina Bay dengan melewati jembatan penyeberangan yang menuju ke bagian atas Hotel Marina Bay Sands. Ketika melewati bagian hotel, kita bisa melihat restoran yang terdapat di dalam hotel tersebut. Sungguh mewah… Hahaha… Sambil melewati, sambil saya membayangkan kalau saya menginap di sana. Sayangnya, ini hanya halu saja. Hihihi…

Menyeberang ke Marina Bay
Saya menyempatkan diri membeli “Heytea” yang cukup terkenal di Singapore. Heytea berada di Bayfront Ave, Marina Bay Sands. Saya mencoba dua menu favorit di sini, Very Grape Cheezo dan satu lagi adalah menu “seasonal”. Harganya sangat mahal menurut saya (sekitar 10 SGD untuk segelasnya), tetapi karena tidak ada di Indonesia dan saya cukup penasaran, akhirnya saya beli. Dan ternyata… Rasanya sangat enak dan bikin nagih! Sayang tidak ada di Indonesia.

Heytea Singapore - Gelasnya Bisa Dibawa Pulang untuk Kenang-kenangan
Pukul 19.00 pertunjukkan Marina Light Show dimulai. Pertunjukan air dan laser tersebut berlangsung selama 15 menit. Saya tidak terlalu paham dengan ceritanya, karena tangkapan gambarnya kurang bagus dibandingkan dengan pertunjukan serupa di Sentosa Island (Songs of the Sea dan Wings of Time). Atau mungkin juga karena saya tidak duduk di bagian tengah, sehingga gambarnya kurang jelas.

Tempat Pertunjukan Marina Light Show
Setelah pertunjukan ini selesai, Marina Bay Mall langsung dipadati dengan pengunjung, termasuk jalan menuju ke stasiun MRT Bayfront juga dipadati pengunjung. Saya memilih untuk pulang, karena sudah lelah dan mau menyimpan energi untuk besok.

HARI KETIGA : CHINATOWN, SENTOSA ISLAND, VIVO CITY, ORCHARD ROAD
Ke Singapore belum lengkap jika belum ke Chinatown. Ini adalah area paling diminati oleh turis. Saat saya ke Chinatown, banyak anak-anak TK yang sedang fieldtrip dengan orang tua dan guru mereka. Duh, lucu-lucu dan sangat menggemaskan. Mereka diberi penjelasan mengenai makanan dan aksesoris khas Imlek. Kalau kemarin di Bugis bekum sempat beli oleh-oleh atau masih kurang, kita juga bisa beli di Chinatown. Harganya juga tidak kalah murah.

Area Chinatown
Dari Chinatown, saya langsung menuju ke Harbourfront (jalur ungu paling ujung, 2 stasiun dari Chinatown). Stasiun Harbourfront langsung terintegrasi dengan Mall Vivo City, yaitu tempat kita akan naik monorail ke Sentosa Island. Letak stasiun monorail ada di lantai paling atas. Sebelum naik monorail, sempatkan diri dulu untuk keluar dan melihat pemadangan dari lantai paling atas Vivo City. Foto-foto di sini sangat bagus dengan latar laut dan Sentosa Island.

Vivo City
 
Vivo City
Untuk naik monorail, kita harus membeli tiket terlebih dahulu seharga 3SGD. Tiket ini sudah untuk sepuasnya naik monorail di Sentosa. Karena saya sudah beberapa kali ke Sentosa, jadi kali ini saya hanya ke S.E.A Aquarium saja. Untuk menuju ke S.E.A Aquarium dan Universal Studio Singapore, kita harus turun di Waterfront Station, kemudian berjalan kaki sedikit.

Foto di Depan Universal Studio
Ada perbedaan antrian antara yang sudah membeli tiket online dan yang belum. Ternyata, tiket yang saya beli di Traveloka tidak termasuk Maritime Museum, sehingga antriannya langsung masuk ke arah aquarium. Untung saja, saya sudah pernah masuk ke Maritime Museum. Kalau belum pernah ke Maritime Museum, saya sarankan untuk membeli tiket yang bisa akses ke museum tersebut, karena kita juga bisa melihat perjalanan sejarah pelayaran Indonesia.
S.E.A Aquarium adalah tempat favorit saya kalau ke Singapore. Saya selalu terpesona dengan aquarium yang sangat besar dengan hewan laut yang berenang bebas. Rasanya seperti saya ada di dalam laut. Sayangnya, sekarang kita tidak boleh terlalu dekat dengan aquarium yang paling besar itu. Jadi kalau mau foto atau rekam video, cukup dari jauh saja.

S.E.A Aquarium
Satu hal lagi yang saya sukai dari tempat ini adalah touch pool-nya. Kita bisa menyentuh ikan hiu kecil dan bintang laut di sini dalam waktu singkat. Benar-benar singkat karena antrian panjang dan petugas yang menyuruh kita untuk bergantian.

Touch Pool
Saya kembali ke Vivo City untuk makan siang, sekaligus bertemu dengan sahabat lama saya yang kini sudah menjadi warga negara Singapore. Oh ya, di Vivo City, jangan lupa mampir ke Daiso dan membeli Garrett Popcorn ya.
Perjalanan kami lanjutkan ke Orchard Road. Dari Harbourfront, naik MRT ungu arah ke Punggol, turun di Dhoby Ghaut (4 stasiun), lalu ganti MRT merah arah Jurong East dan turun di Orchard Road (2 stasiun). Orchard Road sangat terkenal sebagai pusat perbelanjaan barang-barang branded. Di pinggir-pinggir toko banyak yang berjualan es krim 1.20 SGD yang terkenal dengan nama Uncle Ice Cream.

HARI KEEMPAT : ESPLANADE, MERLION
Hari terakhir selalu saya gunakan untuk bersantai. Bangun tidur sudah agak siang. Kami hanya akan ke Esplanade dan Merlion saja. Terus terang, saya tidak pernah bisa mencari jalan terdekat ke sana jika naik MRT. Kali ini pun saya harus berjalan kaki cukup jauh ke sana. Tetapi, saya menikmati jalan kakinya karena cuacanya sejuk.

Ceritanya Mereka Mau Berenang :D

Jalan Kaki Menuju Merlion

Jalan Kaki Menuju Merlion

Jalan Kaki Menuju Merlion

Hampir Sampai
Saya naik MRT ke Raffles Place (jalur hijau dan merah), kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki ke arah Merlion. Tempat ini selalu penuh karena ini adalah ikon utama Singapore. Jangan lupa foto dengan berbagai pose unik. Banyak juga pasangan yang foto pre-wedding di sini.

Pose Kehujanan

Pose Kehujanan

Pose Minum
Puas berfoto di Merlion, saya melanjutkan perjalanan ke Esplanade. Tempat ini merupakan theater yang juga sering digunakan untuk konser. Saya tidak banyak mengeksplor Merlion, karena kebetulan sedang hujan deras, jadi hanya mampir saja.
Untuk menuju ke Changi Airport Terminal 4, kita hanya perlu naik MRT jalur hijau ke arah Changi Airport. Jangan lupa untuk turun di stasiun Tanah Merah, kemudian menyambung MRT arah ke Changi. Sebenarnya jalurnya sama-sama hijau, tetapi jika kita tidak turun di Tanah Merah, maka MRT akan membawa kita ke Pasir Ris. Setelah turun di Changi Airport, kita tinggal mengikuti petunjuk arah ke Terminal 4 (dengan naik free shuttle bus lagi).

EPILOG
Singapore memang menjadi tempat wisata favorit warga Indonesia. Saya juga menyukai negara ini, karena ketertiban dan keamanannya. Namun, bagi saya biaya wisata di sana cukup mahal, sehingga saya tidak bisa sering-sering ke sana. Tetapi, dengan adanya tiket gratis dari Air Asia, tentu saja dapat membantu saya untuk sering-sering ke sana. Hehehe…