PROLOG
Tiket
gratis lagi!! Yuhuuuu… Kali ini perjalanan saya ke Penang. Pasti panyak pertanyaan, "Kok bisa??". Jawabannya, PASTI BISA kalau terbangnya pakai Air Asia. Jujur, saya sudah berkali-kali mendapatkan tiket gratis dari Air Asia. Saya sangat bahagia terbang bersama AirAsia.
Bagaimana caranya bisa dapat tiket gratis? Wah, caranya gampang banget. Pertama, pastikan sudah daftar menjadi anggota BIG ya.. Keuntungannya adalah, kita bisa mengumpulkan poin yang nantinya akan bisa ditukar dengan tiket. Keuntungan lain yang paling saya suka adalah saya mendapatkan akses 1 hari sebelum non anggota BIG untuk berburu tiket gratisnya. Sesuai pengalaman saya yang sering banget dapat tiket gratis, gak susah koq dapatnya. Asal jangan carinya pas high season aja ya.
Waktu mau ambil
tiket gratis ke Penang ini, saya sempat berpikir, “Mau ngapain ya ke Penang?
Kan gak ada tempat wisatanya.” Jadi saya hanya ambil 3 hari ke sana. Ternyata
oh ternyata, saya amat sangat menyesal hanya ambil 3 hari saja. Hikss…
Bagi
yang punya pemikiran sama dengan saya, kalian salah besar. Banyak sekali tempat
wisata di Penang yang bisa kita kunjungi. Tentu saja, bukan hanya rumah sakit
ya. Hehehe… Puji Tuhan, perjalanan ke Penang ini bukan dengan tujuan berobat.
Jadi bisa puas jalan-jalannya.
Perjalanan
kali ini, saya juga mencoba untuk jualan alias jastip produk-produk Malaysia,
seperti cemilan dan obat-obatan. Sebenarnya dari dulu sudah kepikiran mau buka
jastip. Tapi belum ada kesempatan dan kemauan. Baru kali ini saja mau mencoba,
siapa tau bisa laku. Dan ternyata, banyak banget yang pesan. Lumayan loh
keuntungannya bisa dipakai untuk membeli tiket wisata di sana, atau bahkan
mungkin bisa menggantikan semua biaya selama di sana.
Jastip
perdana kali ini, saya gak berani bawa banyak-banyak. Selain karena saya bawa
orangtua yang pastinya tidak bisa banyak membantu untuk bawa, juga karena saya
belum paham masalah pajak bea cukai dll. Jadi masih takut-takut bawanya.
Setelah belajar dari pengalaman ini, baru deh saya berani bawa lebih banyak
lagi. Asal bukan barang bermerk mahal sih kayaknya aman-aman aja ya.
|
Sebagian dari Titipan Teman-teman |
Oke,
balik lagi ke perjalanan ke Penang ini. Karena hanya 3 hari di sana, ditambah
dengan setengah hari yang pasti sudah habis dipakai untuk belanja, jadi saya
tidak banyak ke tempat wisata. Di sini saya hanya membahas beberapa tempat yang
memang saya kunjungi.
Saya
berangkat dan pulang dengan Air Asia, mendapat tiket gratis dan hanya bayar
airport tax saja, yaitu sekitar Rp400.000,00 pp. Saya juga membeli makanan di
pesawat dan membeli bagasi karena pasti bawa banyak barang jastip.
Untuk
hotel, saya menginap di Hutton Central II Hotel. Lokasinya bukan di tengah
tempat wisata, tetapi tidak jauh kok. Saya jalan kaki ke Komtar hanya 12 menit.
Jangan khawatir juga karena di sana mudah sekali menemukan Grab mobil. Kita
tidak perlu mengubah setting apa-apa di aplikasi Grab kita yang dari Indonesia.
Secara otomatis langsung bisa digunakan dengan pembayaran uang tunai. Tarifnya
pun tidak jauh berbeda dari tarif yang di Indonesia.
Hutton
Central II Hotel ini bisa dikatakan mirip dengan apartemen 1 kamar. Begitu kita
membuka pintu kamar, ada tangga yang menuju ke atas. Di sana sudah tersedia
kulkas, mesin cuci, kompor, peralatan masak, TV, ruang makan, kamar mandi, dan
1 kamar. Semua peralatan boleh kita gunakan. Ada sofa bed juga yang bisa dibuka
dan muat untuk 2 orang. Jadi totalnya bisa menampung sampai 4 orang. Harganya
menurut saya juga sangat terjangkau. Saya pesan lewat Tiket.com dengan harga
Rp550.000,00 per malam, tidak termasuk sarapan. Di bawah hotel ini terdapat
tempat karaoke yang tentunya buka sampai pagi. Inilah kelemahan hotel ini,
berisik dengan suara orang menyanyi. Tapi menurut saya, suaranya tidak sampai
menggangu tidur sih. Apalagi kalau tidurnya di kamar. Papa saya yang tidur di
sofa bilang gak terlalu mengganggu. Kecuali pada hari Sabtu, berisik sampai jam
3 pagi dan lumayan mengganggu. Tapi saya yang tidur di kamar sih tidak begitu
terganggu.
Makanan
di lokasi hotel cukup banyak. Saya menemukan tempat makan enak dan murah di
dekat hotel. Namanya Nana Tomyum. Tempat makan ini buka dari jam 12 siang
sampai jam 12 malam dan selalu ramai dengan pengunjung. Makanan favorit di sini
tentunya adalah Tomyum. Oh ya, ini tempat makan halal ya.
HARI PERTAMA : GURNEY PLAZA DAN KOMTAR
Cuaca
di Penang sedang memasuki musim hujan. Jadi di sana hampir setiap hari hujan.
Tidak deras sih, hanya gerimis. Tapi lumayan membuat badan basah. Saya
hujan-hujanan terus selama di sana. Hahaha…
Begitu
mendarat di bandara, saya langsung membeli nomor sim card di sana dan membeli
paket internet. Saya membeli Hot Link dengan harga RM25 yang sudah termasuk
internet 8GB dan unlimited social media (pilih antara unlimited untuk WA, Line,
dll atau unlimited untuk Instagram, Facebook, dll). Konter penjualan sim card
ini hanya satu. Jadi kebayang kan betapa antrinya. Tapi mereka pelayanannya
cepat kok.
Dari
bandara, saya mencoba untuk menggunakan aplikasi Grab. Ini pertama kalinya saya
menggunakan Grab di luar negeri. Ternyata mudah loh. Harganya hanya RM22 dari
bandara ke hotel. Driver Grabnya juga
sangat ramah, dia member tahu banyak info-info tempat wisata.
Setelah
sampai di hotel, kami belum bisa masuk ke hotel karena jam check in adalah jam
3 sore. Jadi saya memutuskan untuk menitip koper dan belanja barang pesanan
dulu ke Gurney Plaza. Dari hotel ke Gurney Plaza naik grab seharga RM7.
Gurney
Plaza ini adalah shopping mall yang cukup besar menurut saya. Waktu saya
datang, ada Festival Boba di sini. Tetapi saya tidak menemukannya. Mungkin di
bagian lain mall itu ya. Saya juga menyempatkan diri untuk makan di resto
Penang Road Famous Teochew Cendol di lantai basement. Makanan yang disajikan
adalah makanan khas Malaysia, mulai dari nasi lemak, asam laksa, sampai cendol
yang terkenal juga ada. Menurut saya, masakannya cukup enak, harganya cukup
mahal karena terletak di mall. Yah, harganya standar mall lah.
Setelah
berbelanja, saya kembali ke hotel untuk check-in dan istirahat sebentar. Sore
hari, saya mencoba berjalan kaki ke Komtar. Ada apa di Komtar? Di atas bangunan
paling tinggi di Penang ini, terdapat lantai kaca yang dapat kita lewati dan
terlihatlah pemandangan jalanan di bawah dari lantai 68. Saya cukup penasaran
ke sana karena menurut pengakuan beberapa orang, banyak yang tidak berani ke
sana.
Dari
hotel, kami berjalan kaki ke Komtar. Ketika melihat Google Maps, perjalanannya
hanya 12 menit jalan kaki. Tapi ketika sampai di persimpangan jalan, saya
melihat tulisan Penang Road Famous Teochew Chendul di peta. Kali ini beneran
yang di pinggir jalan, bukan yang di mall. Mumpung searah, saya mengikuti peta
menuju ke tukang cendol yang terkenal banget di Penang.
Lokasinya
di dalam gang. Namanya Lebuh Keng Kwee. Di sana tidak hanya menjual cendol,
tetapi juga ada yang menjual asam laksa, mie, nasi goreng dan makanan khas
Malaysia. Biasanya antriannya sangat panjang. Mungkin sudah rejeki saya,
antriannya tidak terlalu panjang saat saya datang. Tapi setelah saya selesai
makan, antriannya panjang lagi.
|
Penang Road Famous Teochew Chendul |
|
Antrian Cendol |
Di
sini saya membeli cendol (mohon maaf, saya lupa harganya), Asam Laksa (RM5), Poh Piah (RM5 untuk
2 pcs), dan Pie Tee (RM5 untuk 5 pcs). Saya kurang begitu suka dengan Poh Piah
karena saya kurang suka sotong.
|
Cendol |
|
Asam Laksa |
|
Pie Tee |
|
Poh Piah |
|
Daftar Harga |
Setelah
kenyang makan cemilan, saya melanjutkan perjalanan ke Komtar. Sudah tidak
terlalu jauh sebenarnya. Hanya saja, saya bingung dengan pintu masuk ke Komtar.
Dengan bertanya dua kali ke orang sekitar, baru deh saya bisa menemukan pintu
masuknya. Dari lantai dasar, kami naik lift ke tantai 3 untuk membeli tiket
masuk. Sekedar info, sebenarnya semua tiket masuk wisata itu lebih murah kalau
kita beli online di aplikasi seperti Traveloka atau Klook. Saya tidak membeli
online karena saat pergi ini, papa saya sedang sakit. Jadi tidak bisa
dipastikan tempat wisata mana saja yang akan saya kunjungi.
Jika
membeli tiket di konter, harga tiket ke Top Rainbow Skywalk (Single entry) saja
untuk dewasa RM68 dan untuk anak-anak dan senior (di atas 60 tahun, dengan
menunjukkan paspor) RM48. Tiket ini hanya untuk ke Top Rainbow Skywalk saja.
Setelah membeli tiket, kami berjalan ke arah patung beberapa orang terkenal.
Kemudian kami naik lift menuju lantai 65. Di lantai 65 ini, kami disuguhkan
film pendek mengenai sejarah Komtar. Setelah menonton film pendek itu, pintu
ruangan terbuka dan kita bisa menikmati foto-foto di lantai kaca. Ini bukan
Rainbow Skywalk ya.
|
Ada yang tahu ini siapa? |
|
Foto di Lantai 65 |
Untuk
ke Rainbow Skywalk, kita harus naik lift 3 lantai lagi. Sampai di atas. kita
melewati restoran, baru kemudian menemukan Rainbow Skywalk. Berjalan di atas
kaca ini tidak boleh menggunakan alas kaki. Atau kalau mau menggunakan alas
kaki, harus dibungkus dengan kain yang sudah disiapkan. Tujuannya adalah supaya
kaca tetap aman dan tidak tergores pasir atau tanah yang ada di alas kaki kita.
Oh ya, di atas kaca ini juga kita tidak boleh bawa tongsis. Sedihnya…
|
Rainbow Skywalk |
|
Foto dari Atas Rainbow Skywalk |
Bagi
kalian yang takut ketinggian, kalian tetap bisa menikmati tempat ini kok.
Kalian bisa duduk-duduk menikmati angin yang bertiup kencang. Dekorasinya juga
bagus untuk foto-foto. Gak nyesel sih ke Komtar ini. Paling bagus mengunjungi
komtar ini adalah sore atau malam. Pukul 7 di Penang itu masih terang, mirip
seperti pukul 5.30 di Jakarta. Kalau sudah gelap, pemandangan dari atas Komtar
ini indah sekali dengan lampu-lampu yang menyala.
Dari
Komtar, karena sudah lelah berjalan kaki, saya memutuskan untuk naik Grab
pulang ke hotel seharga RM4. Makan malam di Nana Tomyum dekat hotel saja.
|
Makanan di Nana Tomyum |
HARI KEDUA : KEK LOK SI TEMPLE, BUKIT
BENDERA, DAN STREET ART
Keuntungan
dari jalan-jalan sendiri (tanpa ikut tur) adalah…… bisa bangun suka-suka kita.
Hahaha… Karena kemarin malam kami berangkat jam 3 pagi ke bandara dan kurang
tidur, alhasil kami bangun siang di hari kedua ini.
Cuaca
mendung di hari kedua. Tetapi untungnya tidak hujan. Kami sarapan di dekat
hotel. Ada yang menjual masakan rumahan (mirip warteg) dengan self service.
Makanannya enak dan lumayan murah. Hanya jalan kaki ke dekat Hotel Penaga
(Lebuh Clarke). Namanya Simple Café Penang.
Dari
tempat makan, kami berangkat naik Grab ke Kek Lok Si Temple seharga RM12.
Tempat ini adalah wihara yang terdapat di atas bukit. Awalnya, saya tidak ada
rencana ke sini. Tapi ketika lihat foto-fotonya yang indah, saya jadi tertarik
ke sana. Kata orang-orang, belum ke Penang kalau belum ke sini.
Kek
Lok Si ini memang tempat ibadah. Tapi saya melihat banyak orang-orang yang
beragama lain ke sini, termasuk saya. Menikmati pemandangan yang indah dari
atas bukit, melihat pagoda dan patung Dewi Kuan Im yang terbuat dari perunggu
setinggi 30 meter sangatlah sayang untuk dilewatkan.
|
Pagoda di Kek Lok Si Temple |
|
Patung Dewi Kuan Im yang Terbuat dari Perunggu |
|
Patung Naga (12 Shio) |
|
Patung Anjing (12 Shio) |
|
Patung Kerbau (12 Shio) |
Tempat
wisata ini gratis, kita hanya perlu membayar sekitar RM2 (saya lupa) untuk
menaiki kereta yang melintas di jalan curam untuk naik ke atas bukit. Harga
tersebut untuk dua kali perjalanan (naik dan turun).
Saya
menyempatkan diri membeli beberapa “pita permohonan”. Masing-masing pita sudah
dituliskan kategori permohonannya. Kita cukup menuliskan nama di pita tersebut,
kemudian berdoa dan menggantungkan pita itu di pohon buatan. Donasi untuk 1
pita adalah RM1 saja.
|
Pita Permohonan |
|
Pitanya Digantung di Sini |
Dari
Kek Lok Si Temple, saya menuju ke Penang Hill Bukit Bendera. Naik grab dari Kek
Lok Si ke Bukit Bendera hanya RM6 saja, karena memang sudah dekat. Kesan saya
di Bukit Benderan ini adalah CAPEK ANTRI! Hahaha… Duh, kesannya jelek sekali
ya? Gak jelek kok. Pemandangan dari bukit ini indah banget! Hanya saja, karena
saya sudah keburu capek antri, jadi saya gak niat lagi jalan kaki ke The
Habitat. Tadinya memang saya mau ke The Habitat itu. The Habitat mirip kayak di
Komtar. Jadi kita berjalan di atas kaca. Tapi apa daya, jalannya jauh dan saya
sudah capek. Jadi saya urungkan niat saya ke sana.
Penang
Hill ini posisinya jauh lebih tinggi dari Kek Lok Si. Di sini, kita juga
menaiki kereta yang melintasi jalan curam untuk sekitar 10 menit. Harga tiket
masuk Penang Hill RM30 untuk dewasa dan senior. Kalau malas antri, kita bisa
membeli tiket jalur cepat (fast lane) seharga RM80.
Saat
membeli tiket, kita akan mendapatkan nomor antrian. Setelah dari loket
pembelian tiket, kita tidak perlu terburu-buru ikut antrian untuk masuk. Tunggu
saja sampai nomor antrian kita ditampilkan di layar TV yang terdapat di
mana-mana. Waktu itu, saya menunggu sekitar 1 jam sambil makan siang di resto
yang ada di sana. Di resto juga ada layar TV-nya, jadi tidak akan terlewat. Begitu
sudah ada nomor antrian kita, baru kita mengantri untuk masuk ke dalam.
Tadinya
saya pikir, nomor antrian itu adalah nomor antrian untuk naik kereta. Ternyata oh
ternyata…… di dalam antriannya masih sangaaaatttt panjang… Hahaha… Sabar-sabar
aja deh kalau ke sini.
Dari
atas bukit, kita bisa melihat pemandangan kota Penang. Untuk ke The Habitat,
kita perlu jalan kaki lagi. Cukup jauh katanya. Saya tidak tahu persisnya
berapa km lagi, karena saya tidak jadi ke sana.
|
Dari Atas Penang Hill |
|
Dari Atas Penang Hill |
Untuk
pulang, lagi-lagi kami harus antri naik keretanya. Tapi antrian turun tidak
selama antrian naik tadi, tapi tetap saja lama. Hiksss…
Saat
akan pulang dari Bukit Bendera, saya kesulitan mencari Grab. Mungkin karena
tidak ada Grab di sekitar situ, ditambah dengan gerimis, jadilah harga Grab
makin mahal. Setelah mencari cukup lama dan tarifnya naik terus, akhirnya saya
dapat dengan harga RM20 (seharusnya hanya RM10 saja L). Gak apa-apa lah, yang penting bisa
pulang.
Balik
ke hotel, istirahat sebentar sambil urus-urus jastip. Kami berencana pergi lagi
ke Street Art yang terkenal di Penang. Tapi suasana hujan. Akhirnya setelah
menunggu lama, tapi hujannya tidak reda juga, kami nekat pergi hujan-hujanan
(hanya gerimis sih).
Untuk
bisa mencapai semua street art dengan berjalan kaki, saya sudah riset dulu
lewat google maps. Sampai-sampai saya menuliskan rute dan belokan-belokan, saya
catat di buku kecil. Mengapa sampai segitunya? Karena saya cari di internet,
rata-rata orang hanya ke street art yang terkenal saja, tidak berjalan kaki ke
semuanya. Jadi, di bawah ini saya akan menuliskan rute lengkap jalan kaki ke
semua street art sampai ke Clan Jetties di ujung. Tidak jauh kok jalan kakinya.
Santai saja sambil foto-foto. Kebetulan sedang gerimis, jadi tidak banyak yang
foto-foto. Kesempatan untuk saya puas-puasin foto tanpa antri. Hahaha…
Dari
hotel saya ke Hotel Armenian Street Heritage (naik Grab RM5). Perjalanan
mencari street art dimulai dari Lebuh Armenian yang terletak di sebelah Hotel
Armenian itu. Berjalan menelusuri Lebuh Armenian, pas di belokan ada “Then
& Now Sculpture”. Berjalan lagi sampai ketemu perempatan, lurus lagi.
Pertigaan pertama lurus. Kemudian, ada tempat sewa sepeda di sebelah kiri ada
“Street Art Magician”. Pertigaan (bangunan berwarna ungu), belok kiri (Lorong
Soo Hong). Di tembok kiri, ada “Street Art Kids Shout”, lalu berjalan lurus
lagi sampai mentok, belok kanan ke Lebuh Ah Quee, lurus lagi, pertigaan pertama
belok kiri. Setelah itu, ada pertigaan pertama belok kanan (pertigaan ini tidak
bisa dilalui kendaraan, tetapi kita bisa berjalan kaki). Jalanannya cukup sepi
karena tidak banyak orang yang tahu. Telusuri gang ini, ada street art “Happy
Dog with Steak” dan “Bruce Lee”. Sayangnya, street art ini sudah rusak dan
tidak terlihat jelas. Dari Bruce Lee tadi, jalan lurus, mentok belok kiri
(jalan di Lebuh Ah Quee lagi). Di sini lah terdapat mural yang terkenal, yaitu
“Boys on Motor”, “Boys with Dino”, dan “Pollution”. Antrian paling banyak
adalah di mural “Boys on Motor”. Setelah itu, jalan lurus lagi, mentok belok
kanan (Beach Street), lurus lagi, perempatan besar belok kanan. Di sini juga
terdapat mural terkenal “Kids on Bike” (Lebuh Armenian). Lalu berjalan ke arah
Zain Xan (Gat Lebuh Armenian). Lurus ada “Skippy Cat” di sebelah kiri, jalan
lagi ada “Monkey” dan “Cats” di sebelah kanan.
|
Then and Now Sculpture |
|
Street Art |
|
Three Little Girl |
|
Kids Shout |
|
Happy Dog with Steak |
|
Bruce Lee |
|
Boy on Motor |
|
Pollution |
|
Boy with Dino |
|
Kids on Bicycle |
|
Skippy the Cat |
|
Monkey |
|
Cats |
Jika kita berjalan lurus lagi, kita akan menemukan Jetty Food Court. Di sini kita bisa bersantai sejenak sambil makan atau minum. Dari Jetty Food Court juga tinggal lurus saja dan sudah tidak jauh ke Clan Jetties.
|
Ngemil di Jetty Food Court |
|
Clan Jetties of Penang |
Menikmati
Clan Jetties sebaiknya jangan di malam hari, karena gelap dan tidak bisa
foto-foto. Saya ke sana malam hari dan tidak lama menikmati pemandangan di
sana. Setelah dari Clan Jetties, kami pulang dengan Grab (RM6). Dan, lagi-lagi
makan malam di Nana Tomyum. Hahaha… Ketagihan makan di sana.
|
Makanan di Nana Tomyum |
HARI KETIGA : PINANG PERANAKAN MANSION,
PULANG L
Last
day in Penang. Hikss…… Selalu sedih kalau di hari terakhir liburan. Apalagi saya
merasa sangat betah di Penang ini. Tapi, apa boleh buat, liburan gak boleh
lama-lama, karena harus kembali mencari uang buat ditabung untuk jalan-jalan
berikutnya. Kalau ada alasan seperti ini, pastinya jadi semangat buat kerja. Hehehe…
Hari
terakhir ini memang saya tidak banyak ke tempat wisata. Karena bangun tidur
sudah siang dan langsung beres-beres koper. Kali ini packing agak kesulitan
karena banyak bawa barang jastip. Tapi tentunya harus disyukuri, karena dengan
jastip ini saya bisa mengurangi biaya yang saya keluarkan selama jalan-jalan
ini.
Pinang
Pernakan Mansion adalah sebuah bangunan yang dulunya adalah rumah orang kaya
jaman dulu (Baba Nyonya). Bangunan ini kemudian dijadikan sebagai museum. Museum
ini terletak di Lebuh Gereja yang merupakan jalanan satu arah, dekat kawasan
Little India Penang. Naik Grab dari hotel ke sini hanya membutuhkan RM5 saja.
Dari
depan, tidak tampak kemewahan bangunan ini. Hanya seperti rumah biasa saja. Tetapi
begitu masuk ke dalam, baru terasa betapa orang yang memiliki rumah ini
(dulunya) adalah orang yang sangat kaya. Rasanya, membayar tiket masuk seharga
RM20 tidak terbuang sia-sia. Banyak tempat-tempat yang bagus untuk difoto. Ada
ruang keluarga, ruang makan, kamar tidur, dapur, tempat sembahyang, hingga di
lorong dan tangga pun sangat bagus untuk dijadikan spot selfie. Saya menghabiskan
kurang lebih 2 jam di museum ini. Museum ini juga memperlihatkan pakaian dan
perabot rumah tangga jaman dulu. Kita seperti flashback ke kehidupan kala itu.
|
Pinang Peranakan Mansion |
|
Ruang Tamu |
|
Ruang Makan |
|
Kamar Tidur |
|
Lorong |
|
Tangga Menuju Lantai 2 |
|
Meja Abu untuk Sembahyang |
Setelah
puas berfoto-foto, saya memutuskan untuk kembali ke hotel dan kemudian langsung
menuju bandara. Kata driver Grab yang
pertama kali membawa saya ke hotel, lebih baik kasih waktu 2 jam untuk ke
bandara. Menurut beliau, kalau hari Minggu sore, jalanan kea rah bandara akan
macet, karena jalanan tersebut adalah jalanan utama, di mana kalau kita dari
Johor, Ipoh, ataupun Singapura pasti melewati jalan itu. Kebayang dong akan
macet kayak apa? Untungnya, ketika saya lewat (pukul 13.00an), jalanan sangat
lancar.
EPILOG
Jadi,
apakah mau balik lagi ke Penang? Jawabannya tentu saja MAU BANGET!! Apalagi
kalau dapat tiket gratis lagi. Hahaha…
Next time, kalau balik ke Penang lagi, saya mau
pagi-pagi dan weekdays datang ke
Bukit Bendera (supaya sepi) dan berjalan kaki ke The Habitat. Saya penasaran
sama tempat itu. Sepertinya malah The Habitat ini adalah tempat wisata paling
hits di Penang.
Selain
itu, saya juga mau ke Blue Mansion, Gurney Drive Hawker Center, dan banyak
tempat-tempat lainnya. Mudah-mudahan Air Asia bisa kasih tiket gratis ke sana
lagi. Amin.